Sabtu, 10 Agustus 2013

“Membawa Damai”

“Seharusnya aku tak patut bersedih, atas semua yang terjadi kepadaku, aku merasa bahwasanya hidup ini, tak lebih dari sebuah perjalanan…”

Hidup kita bagikan air yang mengalir hingga akhirnya bermuara di lautan, berkumpul dengan semua air yang telah menuntaskan perjalanannya, dan semuanya berakhir di samudera.  Ada yang mengalir melewati sungai yang panjang, ada yang mengalir hanya sesaat, karena sungainya hanya beberapa ratus meter panjangnya.  Sungai itu juga berbagai macam, kadang berkelok-kelok, lurus, ada yang dangkal, ada yang dasarnya hingga puluhan meter.  Ada yang lebar, ada yang sempit.  Ada yang dasarnya dipenuhi batuan, ada yang berpasir.  Sungai juga mempunyai beberapa anak sungai, ibaratnya jalan lurus dengan ujung yang bercabang tiga, empat, lima, hingga tak terhingga.  Ada yang hanya berakhir sebagai genangan, berhenti di suatu tempat.  Itu semua bergantung dari air itu memilih jalannya saat berada di persimpangan.  Tapi, akhirnya semua air itu juga akan berakhir di samudera, tempat semua air dari segala penjuru bumi berkumpul.
Ya seperti itulah memang hidup.  Sesederhana itu.  Ada yang bilang hidup ini sulit, terlalu misteri, berat, terlalu banyak kendala.  Tapi, bukankah itu juga yang dialami tiap mili liter air sebelum berakhir di samudera yang luas? Ada yang selama perjalanannya hanya berada di sungai, ada yang jalan-jalan di pipa PDAM, ada yang berkesempatan tinggal di minuman botol, dan yang tersial jadi penghuni jemban atau mengendap di selokan.
Begitulah perjalanan hidup kita pada masa yang lalu; kini kita akan memasuki masa yang yang baru. “Kamu dengan teliti memelihara hari-hari tertentu, bulan-bulan, masa-masa yang tetap dan tahun-tahun, Gal 4:10. Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan perkerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya, Ef 2:10. Tetap tentang zaman dan masa, saudara-saudara, tidak perlu dituliskan kepadamu, 1Tes 5:1. Dalam perjalanan hidup kita seperti digambarkan di atas memberikan pertanyaan refleksi bagi kita “apakah kekuatanku, sehingga aku sanggup bertahan, dan apakah masa depanku, sehingga aku harus bersabar? Ayb 6:11. Namun dalam perjalan kita pada tahun yang lalu hingga memasuki tahun yang baru nanti kita mempunyai harapan “karena masa depan sungguh ada, dan harapan kita tidak akan hilang, Ams 23:18.  Oleh karena itu tidak perlu kita cemas akan perjalanan hidup ini sebab kita ketahui bahwa hikmat untuk jiwa kita: jika kita mendapatkannya, maka ada masa depannya, Ams 24:14. Karena “telah Kudengar doa dan permohonanmu yang kau sampaikan ke hadapan-Ku, maka mata-Ku dan hati-Ku akan ada di situ sepanjang masa, 1 Raj 9:3.
Fransiskus memandang semua makluk sebagai saudara dan saudari. Gereja giat mencanangkan lagi perjuangan untuk keadilan dan damai dan, orang terngat pada sosok Fransiskus sebagai pembawa damai dan kawan setia orang-orang kecil. Fransiskus, dengan semangat persaudaraannya yang mampu menerobos batas-batas negara, agama dan sosial-ekonomi, terasa hadir kembali di tengah dunia yang mendambahkan persaudaraan antara semua manusia. Ia bahkan dikenang sebagai orang yang memperlakukan semua makhuluk ciptaan sebagai “saudara dan saudarinya” dan sebagai anugerah Allah yang mengagumkan, sehingga Paus Yohanes Paulus II merasa pada tempatnya mengangkat dia sebagai pelindung pemelihara kelestarian lingkungan hidup (29 November 1979).
Apakah yang mendasari semua gejala itu? Apakah karena Fransiskus seorang humanis dan pencinta lingkungan hidup saja? Ternyata perannya untuk keadilan dan damai, untuk persaudaraan dan ekologis, merupakan pancaran rahasia hubungannya dengan Allah. Sewaktu masih sebagai orang muda, anak pedagang kaya yang punya segala sarana untuk menikmati hidup di dunia ini, Fransiskus ditangkap oleh Allah. Allah membuat dia merasakan kasih dan kebaikan-Nya, yang nilainya jauh melampaui segala kenikmatan dunia ini. Ia menemukan, bahwa jalan untuk menjawab kasih Allah itu ialah dengan mengikuti Kristus. Sebagaimana Allah menyatakan kasih dan kebaikan-Nya kepada manusia melalui Kristus, demikian pula manusia hanya bisa sampai kepada Bapa yang kudus dan baik itu melalui Kristus.

Fransiskus dan Serigala
Barangkali  kisah St. Fransiskus yang paling terkenal adalah kisahnya menjinakkan serigala yang meneror rakyat kota Gubbio. Ketika Fransiskus tinggal di kota itu ia mendapati ada seekor serigala yang sangat ganas. Ia tidak saja memburu dan memangsa binatang, tetapi juga manusia. Rakyat kota itu mengangkat senjata untuk membinasakannya, tetapi mereka yang pergi menghadapi serigala itu lenyap oleh taring-taringnya yang tajam. Maka penduduk menjadi sangat takut dan tidak berani keluar dari tembok kota.
Frasnsiskus merasa iba kepada penduduk kota dan memutuskan untuk pergi menemui serigala. Penduduk mencegahnya dengan sangat, tetapi Fransiskus bersikeras bahwa Tuhan akan menjaganya. Seorang rahib yang pemberani dan beberapa petani menemani Fransiskus sampai ke gerbang luar kota. Tetapi segera saja petani-petani itu merasa gentar dan tidak berani melanjutkan perjalanan.
Fransiskus dan rahibnya mulai berjalan. Tiba-tiba serigala, dengan rahangnya ternganga, muncul dari hutan dan datang menyerang kedua biarawan itu. Fransiskus membuat Tanda Salib ke arah serigala. Dengan kuasa Tuhan, serigala itu segera memperlambat larinya dan mengatupkan rahangnya. Kemudian Fransiskus berteriak: "Datanglah kepadaku, Saudara Serigala. Dalam nama Yesus, aku memerintahkan kamu untuk tidak lagi menyakiti siapa pun." Maka pada saat itu juga serigala menundukkan kepalanya dan datang berbaring di bawah kaki St. Fransiskus. Serigala itu menjadi jinak seperti seekor anak domba.
St. Fransiskus menjelaskan kepada serigala bahwa serigala telah menakutkan penduduk kota, karena ia tidak saja memangsa binatang, tetapi juga manusia yang diciptakan seturut gambaran Allah. "Saudara Serigala," kata Fransiskus, "aku ingin mengadakan perdamaian antara kamu dan penduduk Gubbio. Mereka tidak akan menyakiti kamu dan kamu juga tidak boleh lagi menyakiti mereka. Semua kejahatan di masa lampau harap dimaafkan."
Serigala menyatakan persetujuannya dengan menggoyang-goyangkan badannya dan menggangguk-anggukkan kepalanya. Dan puncak dari peristiwa yang menakjubkan itu, Fransiskus meminta serigala untuk membuat janji. Sementara Fransiskus mengulurkan tangannya untuk menerima janji, serigala mengulurkan kaki depannya dan meletakkannya di atas tangan orang kudus itu. Kemudian, Fransiskus memerintahkan serigala untuk mengikutinya masuk ke dalam kota untuk mengadakan perjanjian damai dengan penduduk kota. Maka tanpa melawan sedikit pun serigala mengikuti St. Fransiskus. 
Ketika mereka tiba di alun-alun kota, semua orang datang untuk menyaksikan peristiwa yang ajaib itu. Dengan serigala di sisinya, Fransiskus berkhotbah kepada penduduk kota mengenai cinta kasih Tuhan yang luar biasa serta ajaib, yang memanggil mereka semua untuk bertobat dari semua dosa-dosa mereka. Kemudian atas nama serigala, Fransiskus menawarkan perdamaian kepada penduduk kota. Penduduk berjanji dengan suara lantang bahwa mereka akan menyediakan makanan bagi serigala. Kemudian Fransiskus bertanya kepada serigala apakah ia mau hidup berdamai dengan syarat-syarat tersebut. Serigala menundukkan kepalanya dalam-dalam dan merenggangkan badannya untuk meyakinkan semua orang bahwa ia menerima janji itu. Kemudian sekali lagi serigala meletakkan tangannya di atas tangan Fransiskus sebagai tanda ikatan perjanjian.
Sejak saat itu penduduk kota menepati janji yang mereka buat. Serigala tinggal selama dua tahun lamanya di antara penduduk kota, pergi dari satu rumah ke rumah lain untuk meminta makanan. Serigala tidak menyakiti siapa pun dan tak seorang pun menyakitinya. Bahkan anjing-anjing pun tidak menyalak kepadanya. Ketika akhirnya serigala mati karena telah tua umurnya, sangat sedihlah penduduk kota Gubbio. Cara hidup serigala yang penuh damai menjadi peringatan bagi mereka akan pengaruh, kesabaran, keteladanan dan kekudusan St. Fransiskus yang menjadi simbol nyata kekuasaan dan pemeliharaan Tuhan Allah yang hidup.


Hidup Dalam Kasih (Rm 12:9-21)
Hendaklah kasih itu jangan pura-pura! Jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik. Hendaklah kamu saling mengasihi sebagai saudara dan saling mendahului dalam memberi hormat. Jangalah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan. Bersukacitalah dalam pengharapan, sebarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa! Bantulah dalam kekurangan orang-orang kudus dan usahanlah dirimu untuk selalu memberikan tumpangan! Berkatilah siapa yang menganiaya kamu, berkatilah dan jangan mengutuk! Bersukacitalah dengan orang yang bersukacita, dan menangislah dengan orang yang menangsi! Hendaklah kamu sehati sepikir dalam hidupmu bersama; janganlah kamu memikirkan perkara-perkara yang tinggi, tetapi arahkanlah dirimu kepada perkara-perkara yang sederhana. Janganlah menganggap dirimu pandai! Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan; lakukanlah apa yang baik bagi semua orang! Hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang! Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah kamu sendiri menuntut pembalasan, tetapi berilah tempat kepada kemurkaan Allah, sebab pembalasan itu adalah hak-Ku. Tetapi, jika seterumu lapar, berilah dia makan; jika ia haus, berilah dia minum! Dengan berbuat demikian kamu menumpukkan bara api di atas kepalanya. Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar