Rabu, 14 November 2012

Cara mengatasi ketegangan antara keinginan dan keterbatasan

Cara pertama adalah menghancurkan relasi, yang tidak mesti berarti memutuskan ikatan. Kadang-kadang terjadi lewat relasi agresif, setidaknya dalam level verbal yang mengungkapkan ketidakpuasan atau tidak terpercayai keinginan. Relasi didasarkan atas pemutarbalikan realita yang dimotivasi oleh dunia keinginan, dan cenderung mencipta objek cinta yang tidak realistis.
Terjadi perbedaan antara objek real dan objek cinta tidak real. Yang pertama cenderung mengungkit gambaran diri yang realistis, disertai frustasi karena tidak dipuaskannya kebutuhan subjek; yang kedua memperkuat harapan tidak realistis yang membuat keinginan tap pernah tercapai dan menciptakan lingkungan setan berupa pengharapan palsu dan frustasi yang cenderung destruktif.
Apa yang membuat terjadinya distorsi dalam pemahaman terhadap objek? Yang menyebabkan adalah adanya mekanisme bawah sadar dalam berelasi dengan objek. Misalnya, secara sadar subjek menghendaki kebaikan objek, tetapi secara bawah sadar , ingin menggunakan objek untuk memuaskan kebutuhan psikologis maupun biologis (misalnya kepuasan genitalis), sehingga misalnya dapat memutarbalikkan arti seksualitas dan arti afeksi. Ungkapan “aku cinta padamu” lebih sering menyembunyikan secara bawah sadar keinginan lain, yaitu untuk tetap dicintai (sebetulnya baik karena termasuk bagian dari cinta timbale balik) tetapi diselewengkan untuk kepentingan utilitaristik dan egoistic. Akan lebih sulit lagi kalau subjek mandeg dalam pertumbuhan, yaitu masih sulit mengintegrasikan gambaran positif dan negative, entah dari dirinya maupun dari objek, sehingga relasi hanya berdasar pada idealisasi primitive.
Cara kedua dalam mengatasi ketegangan antara dunia keinginan dan keterbatasan adalah melestarikan ilusi, dan menjadikan objek sebagai symbol imortalitas menurut deskripsi Kiely. Di sini partner dipakai untuk mengurangi ketegangan dua dunia tersebut dengan menyangkal kuasa realita dan kuasa keterbatasan dalam keinginan itu sendiri. Ia menerima idealisasi yang dapat menumbuhkan penolakan total, dan inilah yang oleh Becker didefinisikan sebagai pemecahan romantic, di mana partner jadi ideal ilahi yang dapat mencipta puncak hidup. Pemecahan romantic yang membawa idealisasi intensif ini dapat muncul sebagai cinta sejati, sejauh menyertakan persepsi positif dari objek, tetapi dalam kenyataannya cenderung menggunakan objek secara utilitaristis, yaitu objek dihargai bukan karena baik pada dirinya, tetapi karena arti simboliknya yang berguna untuk mengatasi kelemahannya karena itu biasanya gagal. Relasi ini berdasarkan pada identifikasi yang membuat hilangnya batas antara diri dan tugas mengatasi kelemahannya, dan tugas membangun relasi itu sendiri.
      Cara ketiga dalam mengatasi ketegangan antara dunia keinginan dan keterbatasan adalah dengan membangun cinta yang dewasa. Hal ini menuntut dua hal utama yaitu:
  1. Pemahaman dan penilitian realistis atas objek dalam kesadaran akan perbedaan antara keinginan dan realita. Hal ini menyentuh tiga kerangka kerja Lonergan lewat mana objek diharapkan, dikenal, dan dihargai sebagai baik.
  2. Keputusan dan tindakan (dari kerangka kerja Lonergan) demi kebaikan objek, yang bagi subjek tidak hanya berarti baik, tetapi juga menjadi tempat subjek memberikan diri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar