Cara mengatasi ketegangan antara
keinginan dan keterbatasan
Cara pertama adalah menghancurkan relasi, yang tidak mesti
berarti memutuskan ikatan. Kadang-kadang terjadi lewat relasi agresif,
setidaknya dalam level verbal yang mengungkapkan ketidakpuasan atau tidak
terpercayai keinginan. Relasi didasarkan atas pemutarbalikan realita yang
dimotivasi oleh dunia keinginan, dan cenderung mencipta objek cinta yang tidak
realistis.
Apa yang membuat terjadinya distorsi dalam pemahaman
terhadap objek? Yang menyebabkan adalah adanya mekanisme bawah sadar dalam
berelasi dengan objek. Misalnya, secara sadar subjek menghendaki kebaikan
objek, tetapi secara bawah sadar , ingin menggunakan objek untuk memuaskan
kebutuhan psikologis maupun biologis (misalnya kepuasan genitalis), sehingga
misalnya dapat memutarbalikkan arti seksualitas dan arti afeksi. Ungkapan “aku
cinta padamu” lebih sering menyembunyikan secara bawah sadar keinginan lain,
yaitu untuk tetap dicintai (sebetulnya baik karena termasuk bagian dari cinta
timbale balik) tetapi diselewengkan untuk kepentingan utilitaristik dan
egoistic. Akan lebih sulit lagi kalau subjek mandeg dalam pertumbuhan, yaitu
masih sulit mengintegrasikan gambaran positif dan negative, entah dari dirinya
maupun dari objek, sehingga relasi hanya berdasar pada idealisasi primitive.
Cara kedua dalam mengatasi ketegangan antara dunia keinginan
dan keterbatasan adalah melestarikan ilusi, dan menjadikan objek sebagai symbol
imortalitas menurut deskripsi Kiely. Di sini partner dipakai untuk mengurangi
ketegangan dua dunia tersebut dengan menyangkal kuasa realita dan kuasa
keterbatasan dalam keinginan itu sendiri. Ia menerima idealisasi yang dapat
menumbuhkan penolakan total, dan inilah yang oleh Becker didefinisikan sebagai
pemecahan romantic, di mana partner jadi ideal ilahi yang dapat mencipta puncak
hidup. Pemecahan romantic yang membawa idealisasi intensif ini dapat muncul sebagai
cinta sejati, sejauh menyertakan persepsi positif dari objek, tetapi dalam
kenyataannya cenderung menggunakan objek secara utilitaristis, yaitu objek
dihargai bukan karena baik pada dirinya, tetapi karena arti simboliknya yang
berguna untuk mengatasi kelemahannya karena itu biasanya gagal. Relasi ini
berdasarkan pada identifikasi yang membuat hilangnya batas antara diri dan
tugas mengatasi kelemahannya, dan tugas membangun relasi itu sendiri.
Cara ketiga dalam mengatasi ketegangan antara dunia keinginan
dan keterbatasan adalah dengan membangun cinta yang dewasa. Hal ini menuntut
dua hal utama yaitu:
- Pemahaman dan penilitian realistis atas objek dalam kesadaran akan perbedaan antara keinginan dan realita. Hal ini menyentuh tiga kerangka kerja Lonergan lewat mana objek diharapkan, dikenal, dan dihargai sebagai baik.
- Keputusan dan tindakan (dari kerangka kerja Lonergan) demi kebaikan objek, yang bagi subjek tidak hanya berarti baik, tetapi juga menjadi tempat subjek memberikan diri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar